Menu

Dark Mode
Siswa SMAN 1 Mempawah Gagal SNBP, Waka Kurikulum Diminta Tanggung Jawab! Dua Minggu Cari LPG 3 Kg, Warga Karawaci Protes ke Menteri Bahlil: Anak Kami Lapar! Cerita “Budi” Pencetus Pertama Peringatan Darurat Indonesia, Ternyata Garuda Biru Tak Sengaja Jadi Gerakan Protes Dari Garuda Biru Jadi Garuda Hitam, Peringatan Darurat Part 2? Hashtag #IndonesiaGelap Suarakan Momok Tanah Air Nenek Yonih Lansia Meninggal Dunia Usai Antre LPG 3 Kg, Warga Sebut Sempat Bawa 2 Tabung Gas Kosong  Bantu Warga Terdampak Banjir di Samarinda, Laskar Kebangkitan Kutai dan IZI Tamiya 4Wd Bagikan Paket Sembako

News

Gambar Satelit NASA Tunjukkan Perubahan Drastis Hutan Kalimantan akibat IKN

badge-check


					Perbandingan hutan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2022 dan 2024 (Foto: Earth Observatory NASA) Perbesar

Perbandingan hutan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 2022 dan 2024 (Foto: Earth Observatory NASA)

FASENEWS.ID – NASA baru-baru ini merilis gambar satelit yang menunjukkan perubahan signifikan pada kawasan hutan di Kalimantan Timur akibat pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Dari gambar yang terlihat melalui platform Earth Observatory, NASA menampilkan perubahan hutan IKN sebelum dan sesudah yang menunjukkan wilayah Kalimantan akibat pembangunan IKN.

Gambar tersebut, yang diambil pada 26 April 2022 dan 19 Februari 2024, memperlihatkan transformasi lahan hutan menjadi area konstruksi.

Dilansir dari Arusbawah.co, pada citra April 2022, wilayah yang kini menjadi lokasi IKN masih didominasi oleh hamparan hijau hutan dan terdapat aliran sungai.

Namun, dalam gambar Februari 2024, terlihat jelas pembangunan yang mengakibatkan penurunan drastis area hijau.

Gambar-gambar tersebut diambil menggunakan instrumen OLI-2 (Operational Land Imager-2) yang terpasang pada satelit Landsat 9, serta OLI di Landsat 8.

Operational Land Imager (OLI) sendiri adalah perangkat penginderaan jauh yang digunakan oleh NASA untuk memantau perubahan yang terjadi di permukaan bumi.

Gambar yang diambil oleh OLI mampu menangkap lanskap Bumi dengan resolusi cukup tinggi, memungkinkan kita untuk membedakan berbagai fitur, seperti area perkotaan, lahan pertanian, hingga hutan.

NASA juga menyoroti masalah serius di Jakarta, yaitu penurunan permukaan tanah yang mencapai 15 sentimeter (6 inci) per tahun, yang akhirnya mendorong keputusan untuk memindahkan ibu kota.

Namun, lembaga antariksa tersebut juga membagikan tautan artikel yang mengangkat kekhawatiran ilmuwan mengenai kondisi hutan dan perairan di Kalimantan yang menjadi rumah bagi berbagai satwa liar.

“Rencana proyek menetapkan bahwa ini akan menjadi kota metropolitan yang ‘hijau dan dapat dilalui dengan berjalan kaki’, didukung dengan energi terbarukan, dengan 75 persen kota masih berupa hutan.

Namun beberapa ilmuwan dan peneliti khawatir perubahan penggunaan lahan ini dapat membahayakan hutan dan satwa liar di wilayah tersebut. Hamparan daratan dan perairan pantai yang sedang dikembangkan kaya akan keanekaragaman hayati dan rumah bagi hutan bakau, bekantan, dan lumba-lumba Irrawaddy,” tulis NASA melalui laman resminya.

Dalam artikel yang dibagikan oleh organisasi lingkungan nirlaba, dibahas bahwa pembangunan ibu kota baru, Nusantara, akan mencakup upaya pelestarian sebagian besar hutan bakau yang ada.

Namun, analisis zonasi menunjukkan bahwa sebagian besar kawasan tersebut kemungkinan besar tidak akan mendapat perlindungan dari dampak pembangunan.

Para peneliti dan aktivis menilai bahwa strategi pemerintah Indonesia dalam mengurangi dampak pembangunan ibu kota baru di Kalimantan terhadap lingkungan laut masih jauh dari memadai.

Ilmuwan juga mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap pembangunan di Teluk Balikpapan, yang dinilai belum mempertimbangkan langkah mitigasi yang memadai untuk kawasan hilir.

Teluk Balikpapan, yang berada kurang dari 100 kilometer dari Sungai Mahakam, adalah rumah bagi berbagai spesies hayati yang kaya.

Hutan bakau di teluk ini menjadi tempat hidup bagi 1.400 bekantan, spesies endemik Kalimantan, serta lumba-lumba Irawaddy (Orcaella brevirostris) yang kini terancam punah.

Para peneliti khawatir bahwa pembangunan kota dan sektor industri, ditambah dengan potensi tumpahan minyak, dapat merusak keseimbangan ekosistem di teluk tersebut. (cin/daf)

Facebook Comments Box

Read More

Siswa SMAN 1 Mempawah Gagal SNBP, Waka Kurikulum Diminta Tanggung Jawab!

6 February 2025 - 13:48 WIB

Dua Minggu Cari LPG 3 Kg, Warga Karawaci Protes ke Menteri Bahlil: Anak Kami Lapar!

5 February 2025 - 13:31 WIB

Nenek Yonih Lansia Meninggal Dunia Usai Antre LPG 3 Kg, Warga Sebut Sempat Bawa 2 Tabung Gas Kosong 

4 February 2025 - 05:04 WIB

Siapa Saja yang Boleh Beli LPG 3 Kg? Berikut Kelompok Masyarakat yang Berhak! Tak Bisa Lagi Beli di Pengecer

3 February 2025 - 08:08 WIB

Puskepi Nilai Peraturan Ambigu, Sebut Alihkan Pengecer ke Pangkalan LPG Belum Jamin Kurangi Beban Subsidi

3 February 2025 - 07:44 WIB

Trending on News