FASENEWS.ID – Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB, Ashari Tambunan, mendukung wacana meliburkan sekolah selama bulan Ramadan yang tengah dikaji oleh Kementerian Agama (Kemenag).
Ashari Tambunan berpendapat bahwa selama libur Ramadan, siswa dapat mengisi waktu dengan kegiatan positif berbasis komunitas di lingkungan masing-masing, seperti pesantren kilat, tadarus, buka bersama, dan salat berjamaah di masjid terdekat.
“Peserta didik nanti bisa diarahkan untuk mengikuti kegiatan tadarus, buka bersama, hingga kajian di masjid atau musala di sekitar tempat tinggalnya. Dengan demikian mereka bisa memahami arti penting kebersamaan di lingkungan masing-masing,” ungkap Ashari Tambunan kepada wartawan pada Rabu (1/1/2025).
Menurutnya, kebijakan ini akan memungkinkan peserta didik menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk di bawah pengawasan orang tua.
Dilansir dari Megakaltim.com, beberapa pesantren yang telah menerapkan langkah yang sama dengan meliburkan santri menjelang Ramadan.
Ashari Tambunan menilai bahwa rencana libur sekolah selama Ramadan bukanlah hal baru.
Disampaikannya, kebijakan tersebut sudah diterapkan ketika Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) menjadi presiden.
Kebijakan yang sama juga pernah diambil pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
“Saya menilai langkah tersebut sangat positif agar peserta didik mampu menjalankan ibadah puasa secara khusyuk di bawah pengawasan orang tua masing-masing,” ujarnya.
Ashari Tambunan percaya bahwa jika siswa belajar di rumah selama Ramadan, banyak manfaat yang bisa diperoleh.
Selain memberi kesempatan bagi siswa untuk menjalankan puasa lebih serius, orang tua juga akan merasa lebih tenang karena anak-anak mereka lebih banyak berada di rumah.
“Sekolah tetap bisa memberikan tugas belajar secara daring sehingga materi pelajaran juga tidak ketinggalan,” tambahnya.
Legislator asal Sumatera Utara itu juga mengusulkan agar Kementerian Agama menggandeng Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) untuk menyelenggarakan kegiatan bagi anak usia sekolah di setiap wilayah.
Kegiatan tersebut bisa berupa pesantren kilat, tadarus bersama, buka bersama, hingga salat berjamaah di setiap waktu salat rawatib.
“Dengan demikian, kesetiakawanan sosial selama Ramadan di lingkungan kota hingga pelosok perdesaan kembali terbangun dengan kuat,” ucap Ashari Tambunan.
Menanggapi wacana ini, Wakil Menteri Agama (Wamenag), Muhammad Syafi’i, memberikan tanggapan bahwa pembahasan mengenai libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadan 2025 belum dilakukan oleh pemerintah.
“Kami belum bahas, tapi wacananya kayaknya ada, tapi saya belum bahas itu,” kata Muhammad Syafi’i di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Senin (30/12/2024).
Meski begitu, dia mengakui bahwa wacana tersebut sudah beredar.
Penting untuk diketahui, kebijakan libur sekolah satu bulan penuh selama Ramadan sebelumnya diterapkan pada era pemerintahan Presiden ke-4 Abdurahman Wahid (Gus Dur).
Kebijakan ini bertujuan agar sekolah-sekolah dapat menyelenggarakan kegiatan pesantren kilat dan pembelajaran agama Islam.
Kini, wacana tersebut kembali mencuat setelah viral di media sosial terkait rencana pemerintah untuk meliburkan sekolah pada bulan Ramadan 1446 H/2025. (apr/naf)