SAMARINDA – Rencana pembangunan kawasan wisata tematik Chinatown di Kota Samarinda mendapat perhatian serius dari DPRD.
Meski mendukung pengembangan pariwisata, Anggota Komisi III DPRD, M. Andriansyah, menegaskan bahwa proyek seperti ini tidak boleh hanya berorientasi pada tampilan fisik atau estetika, tetapi harus dirancang dengan konsep yang matang dan berkelanjutan.
“Kalau ingin membangun Chinatown, harus jelas dulu identitas budaya yang ingin ditampilkan, siapa pelaku utamanya, serta bagaimana dampaknya bagi ekonomi lokal. Jangan sampai ini hanya jadi proyek simbolik yang minim manfaat,” tegasnya.
Ia menilai bahwa keberhasilan kawasan tematik seperti Chinatown bergantung pada keaslian budaya dan keterlibatan komunitas, khususnya masyarakat Tionghoa yang telah lama menjadi bagian dari sejarah dan ekonomi Samarinda.
“Chinatown di kota-kota lain tumbuh karena menghidupkan potensi komunitas yang memang sudah ada. Bukan sekadar membangun replika bangunan bergaya oriental,” katanya.
Andriansyah juga mendorong Pemerintah Kota Samarinda untuk berdialog langsung dengan komunitas Tionghoa, pelaku UMKM, dan seniman budaya lokal sebelum melangkah lebih jauh. Menurutnya, jika dirancang dengan benar, kawasan ini bisa menjadi motor ekonomi baru bagi kota.
“Bukan hanya soal menambah destinasi wisata, tapi bagaimana ini bisa menciptakan peluang usaha, membuka lapangan kerja, dan mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD),” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa Samarinda perlu mulai bergerak meninggalkan ketergantungan pada sektor ekstraktif. Untuk itu, pariwisata tematik seperti Chinatown bisa menjadi alternatif, asal dibangun di atas fondasi sosial dan ekonomi yang kuat.
“Kita perlu wajah ekonomi baru untuk Samarinda. Tapi jangan buru-buru. Rancang dulu dengan cermat, libatkan masyarakat, baru bangun,” tukasnya. (Adv/MR)