Daur ulang sampah plastik tidak sekedar upaya membantu memperbaiki lingkungan dari limbah. Bagi Yayuk juga bernilai ekonomis. Bermula dari keprihatinannya, dia inisiasi membuat bank sampah. Kini sudah menghasilkan berbagai produk, termasuk paving blok hingga souvenir. Dari usaha itu, 6.000 pesanan paving blok kini menanti.
FASENEWS.ID, SAMARINDA – Ragam kerajinan tangan hasil daur ulang barang bekas atau limbah berjejer rapi di stand Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa (DPMPD) Kalimantan Timur di Expo Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang berlangsung di Convention Hall, Gelora Kadrie Oening, Samarinda beberapa waktu lalu.
Perempuan dengan jilbab merah tampak sibuk di stand itu. Dia begitu cekatan, secara detail dia menjelaskan satu demi satu hasil kerajinan yang terpajang kepada pengunjung.
Tiba di lokasi, perempuan bernama Yayuk Setiahati langsung menunjukkan sebuah karya kepada awak media, jam dinding. Tampaknya unik. Berbahan dasar koran, melingkar ukiran berbentuk bunga mawar terbuat dari rak telur.
Mata penulis kemudian tertuju pada paving blok, berbentuk segi enam dengan dimensi sekitar 10 cm x 19,5 cm.
“Bahannya dari limbah plastik. Semua jenis rongsokan dari plastik yang sudah tidak terpakai, kotor tidak masalah,”cetusnya menjelaskan detail produk hasil kerajinan tangan itu.
Satu buah paving blok setidaknya memerlukan 2 kilo sampah plastik. Dalam sehari mereka membuat paling sedikit 100 buah paving blok. Artinya sehari mereka bisa mengolah 200 kilo sampah plastik menjadi paving blok.
“Saat ini untuk sampah plastik kita fokus pembuatan paving blok. Tetapi dari bahan itu juga kami bisa membuat plakat termasuk souvenir lain,”bebernya.
Beli Alat Hasil Kompetisi
Yayuk Setiahati merupakan penggagas kelompok Bank Sampah Mandiri (BSM), Desa Sukamaju, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kelompok BSM itu, mulai berdiri sejak tahun 2018.
Kala itu belum banyak kerajinan tangan yang dihasilkan. Bank sampah yang ia gagas baru bisa menjual sampah yang bisa dikomersilkan. Bagi dia limbah yang tidak bisa dikomersilkan jumlahnya lebih banyak. Selayaknya harus bisa dimanfaatkan.
“Jadi kami berpikir, harus ada solusi. Bagiamana sampah ini juga bisa bermanfaat,” ucapnya.
Tepat tahun 2020, Yayuk bersama tim mencoba membuat inovasi dengan menghasilkan paving blok dari segala jenis limbah, baik yang bisa dikomersilkan ataupun tidak.
Meskipun sudah berhasil membawa produk dari limbah. Pihaknya dihadapkan dengan masalah pemasaran.
“Kami bingung, mau ditawarkan kemana, kemana kita jual. Apalagi ini tergolong produk baru, belum semua orang tau,”
Belum lagi dihadapkan dengan pandemi Covid-19. Meski demikian, upaya memberi manfaat terhadap lingkungan dengan daur ulang sampah terus dia galakkan.
Berkah hasil karya itu, pihaknya mengikuti beragam event, pameran termasuk lomba produk unggulan desa dan tahun 2023. Alhasil, desa Suka Maju lewat bank sampah itu meraih juara terbaik Kaltim.
“Dari itu kami dapat dana pembinaan sampai bisa membeli alat-alat. Sekarang kami bisa hasilkan beragam produk daur ulang. Kalau ada pelanggan tinggal kita tanya, mau kaya apa, ukurannya berapa bentuknya seperti apa. Tergantung costumer, kami punya semua cetakannya. Cetaknya ini Alhamdulillah, berkat kami ikuti lomba produk unggulan desa dan tahun 2023 kami juara terbaik Kaltim. Dari itu kami dapat dana pembinaan sampai bisa membeli alat-alat,”bebernya.
Bermula Dari Keprihatinan, Mencari Solusi Pemanfaatan Semua Jenis Sampah Plastik
Yayuk bercerita, sebelum memulai bank sampah, dirinya adalah bagian dari kepengurusan karang taruna. Beragam kegiatan kampung mereka lakoni. Acara kata dia, selalu menghasilkan banyak sampah.
Menurutnya limbah yang tidak dimanfaatkan akan mengotori lingkungan. Lambat laun jumlahnya akan terus bertambah. Terlebih kala itu sampah dibuang kemana-mana.
“Dari kompleksitas masalah ini kemudian bersama teman kita inisiasi membuat bank sampah,” ucapnya.
Mulanya hanya sampah yang sudah dipilah kemudian mereka jual. Dengan metode menabung sampah. Setahun sekali baru diambil hasilnya.
Suatu ketika, warga membawa jenis limbah yang tidak punya nilai komersil. Dilema menghantui dirinya. Antara diterima atau tidak.
“Bingung, sedih juga iya. Mau diambil tapi tidak punya nilai jual,”bebernya.
Yayuk yang tak patah arah terus mencari solusi. Tak berselang lama dirinya mendapat referensi untuk dia datangi sebagai arena belajar. Dengan kebetulan tempat itu mengolah limbah plastik menjadi paving blok.
Kendalanya kemudian adalah paving blok di tempat itu berasal plastik yang sudah dipilah dan terlihat bersih.
Yayuk begitu yakin, metode pengolahan yang sudah dia pelajari bisa menampung berbagai jenis sampah plastik.
“Saya amati, kayaknya bisa. Lalu saya coba. Pertama saya buat menggunakan wajan. Gagal, wajannya jebol. Kita coba lagi drum, dua buah drum jebol juga. Nah, kemudian saya datangi tempat besi tua, di sana kita dapat tempat berbahan stainless. Akhirnya berhasil,”ungkapnya.
Upaya sederhana yang dia mulai itu kini bank sampah mulai berkembang pesat. Pemasaran juga hasil produksi juga ada pembeli. Sebab kata dia sudah mulai dikenali masyarakat.
“Sekarang kami lagi melayani pesanan sebanyak 6.000 paving blok. Harga satuannya kami jual mulai 7 ribu, tergantung pesanan ukuran dan bentuknya,”pungkasnya. (adv)