FASENEWS.ID – Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kalimantan Timur (Kaltim) terus berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui berbagai program pelatihan, yang bertujuan untuk memperkuat kelembagaan dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Sekretaris DPMPD Kaltim, Eka Kurniati, menjelaskan bahwa pelatihan yang diselenggarakan bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih mandiri melalui pengembangan teknologi serta pemberdayaan ekonomi.
“Kami di DPMPD Kaltim pembinaannya fokus pada pelatihan penguatan kelembagaan Posyantek (Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna),” jelas Eka.
Belum lama ini, DPMPD Kaltim mengadakan sosialisasi teknologi tepat guna di Balikpapan.
“Baru-baru ini, kami mengadakan sosialisasi pemanfaatan teknologi tepat guna di Balikpapan. Untuk pelatihan lainnya, pada 2022 kami banyak menyelenggarakan kegiatan di berbagai daerah, seperti pelatihan membatik untuk penyandang disabilitas tuna rungu di Tenggarong dengan 20 peserta,” ujar Eka.
“Di Sanga-Sanga, kami mengadakan pelatihan budidaya kepiting soka, sedangkan di Tenggarong Seberang kami memberikan pelatihan pembuatan kue tradisional dan modern,” imbuhnya.
Selain itu, Eka juga mengungkapkan bahwa DPMPD Kaltim bekerja sama dengan Politeknik Negeri Samarinda dalam mengadakan pelatihan berbasis teknologi, seperti mikrokontroler, mesin las, dan mesin bubut.
Dengan melibatkan peserta dari 10 kabupaten/kota di Kaltim, seluruh biaya kegiatan ini ditanggung oleh DPMPD.
Inovasi unggulannya adalah alat jemur efek rumah kaca yang diciptakan oleh Kabupaten Paser pada tahun 2021.
Alat ini dirancang untuk mengeringkan ikan asin dan tepung secara higienis menggunakan tutup kaca.
Produk ini bahkan dipesan oleh Bankaltimtara sebanyak 100 unit untuk masyarakat di Desa Pesisir Muara Komang.
“Alat ini sangat bermanfaat, terutama untuk menjaga higienitas produk hasil laut,” ujar Eka.
Namun, Eka mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi, yaitu bagaimana memasarkan produk ini ke pasar nasional atau internasional.
“Saat produk ini menang di tingkat nasional, seharusnya ada tindak lanjut dari Kemendes untuk membina dan memproduksi secara massal, tetapi sayangnya itu belum terwujud,” jelasnya.
Disadari oleh DPMPD Kaltim bahwa keterbatasan dana menjadi salah satu kendala dalam mendukung keberlanjutan pembinaan.
Eka mengatakan bahwa pemerintah memiliki keterbatasan dalam mendukung semua kebutuhan sehingga inovator dan lembaga pelatihan diharapkan bisa mandiri.
“Peserta lomba inovasi teknologi dari 38 provinsi seharusnya mendapat pembinaan lanjutan untuk memasarkan produknya,” ungkap Eka.
Namun, keterbatasan dana membuat DPMPD tidak bisa memberikan bantuan sepenuhnya.
“Kami berharap lembaga-lembaga pelatihan teknologi tepat guna bisa menjadi tempat berkumpulnya para inovator dan mendukung mereka untuk terus berinovasi dan memasarkan produk secara mandiri,” ucap Eka.
DPMPD Kaltim berharap, melalui pelatihan yang berkelanjutan dan pembinaan kelembagaan, masyarakat akan menjadi lebih mandiri, inovatif, dan memiliki daya saing.
“Kami ingin lembaga pelatihan ini menjadi pusat inovasi teknologi, tempat di mana para inovator dapat berkumpul dan menghasilkan produk yang mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional,” pungkas Eka. (adv)