FASENEWS.ID – Produk baju adat Dayak Kutai dari Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara (Kukar), yang dipromosikan oleh Forum Kewirausahaan Pemuda (FKP), kini telah mencapai pasar internasional, termasuk Turki, seperti yang disampaikan oleh Sekretaris FKP, Nur Fika Ariyanti.
Baju adat Dayak Kutai yang kini telah menembus pasar Turki merupakan hasil karya kelompok UMKM Bukwiskula dari Kutai Lama, yang dipamerkan dalam Expo Pekan Raya Pemuda 2024.
Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menggelar acara Pekan Raya Pemuda di halaman parkir Hotel Atlet Gelora Kadrie Oening Samarinda pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
“Selain membawa produksi milik saya sendiri berupa manik-manik dan gelang ini, saya juga membawa hasil buatan produksi dari ibu-ibu mitra kami untuk membuat baju adat dayak khas Kaltim,” ucapnya.
Nur Fika Ariyanti, yang akrab disapa Fika, menambahkan bahwa selain kerajinan tangan dan pakaian adat, produk unggulan mereka juga berupa berbagai olahan makanan.
“Keripik ikan, kacang sembunyi, keripik karamel, kerupuk karamel, dan lain-lainnya ini asli produksi di Kutai Lama bersama bahan bakunya,” ujarnya.
Fika menjelaskan bahwa baju adat Dayak khas Kaltim yang mereka buat kini sudah dipamerkan di galerinya di Kutai Lama, dan produk makanan mereka juga dapat dijumpai di berbagai toko oleh-oleh.
“Kami menitip produk di Klinik UMKM Samarinda, di bandara-bandara produk kami juga ada, dipajang dan dapat dibeli sebagai oleh-oleh, karena di setiap bandara yang ada di Kaltim produk kami telah tersedia,” terangnya.
Fika menambahkan bahwa baju adat Dayak yang mereka hasilkan telah merambah pasar internasional, dengan produk mereka kini sampai ke Turki, Malaysia, dan beberapa negara lainnya.
“Karena saat kami ada pertemuan gathering di Jogja beberapa waktu lalu, seluruh produk hasil Kaltim yang dipamerkan saat itu, mereka tertarik dengan produk kami maka dari situ terjalinlah kerja sama dengan melakukan barter produk hasil daerah masing-masing,” jelasnya.
Menanggapi pertanyaan mengenai jumlah produksi per bulan, Fika mengatakan bahwa hal itu sulit dihitung karena permintaan untuk kerajinan dan makanan selalu bervariasi setiap bulannya.
Untuk baju adat, produksi mereka mencapai antara 5 hingga 15 buah per bulan.
Sementara untuk produk makanan, Fika menyebutkan bahwa permintaan telah datang dari Pertamina dan outlet tempat mereka menitipkan hasil olahan.
“Karena kami juga memiliki kerja sama dengan pihak Pertamina, permintaan para karyawan yang akan mudik pulang kampung atau hendak mengirim bingkisan khas daerah ini selalu pesan ke kami setiap seminggu sekali. Setiap ada event seperti ini di luar kota itu, misalnya kami berangkat ke Bali dengan membawa 15 buah baju, selalu habis dan tidak pernah kami bawa pulang kembali,” pungkasnya. (adv)