FASENEWS.ID, SAMARINDA – Dinamika politik menjelang Pemilihan Gubernur Kalimantan Timur yang semakin memanas.
Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Samarinda 2015-2017, Buchari Hassan, turut angkat bicara terkait sebagai seorang aktivis pergerakan.
Ia mengimbau semua pihak agar menahan diri dan tidak terprovokasi oleh narasi-narasi yang merugikan salah satu pasangan calon.
“Pentingnya peran masyarakat dan elemen terkait untuk memberikan edukasi yang positif selama perhelatan Pilgub. Kita harus bertaruh pada gagasan program, memastikan program-program yang diajukan setiap pasangan calon bermanfaat bagi masyarakat kelak,” ujarnya pada Senin (21/10/2024) di Kantin Metro Unmul.
Buchari menyoroti beberapa insiden yang terjadi, di mana narasi provokatif mulai muncul dalam diskusi publik.
Menurutnya, sebagai aktivis, mereka harus mampu melihat dengan kacamata yang jernih, fokus pada visi-misi yang ditawarkan oleh setiap pasangan calon, bukan pada provokasi yang merusak suasana.
“Kita melihat ada pihak-pihak yang memprovokasi dengan narasi yang tidak baik dan tidak menyejukkan. Ini berbahaya bagi dinamika politik dan bisa merugikan masyarakat secara keseluruhan,” tambahnya.
Ia juga menyinggung insiden pelaporan yang dilakukan oleh tim salah satu pasangan calon, Rudy Seno, terhadap Andi Muhammad Akbar, seorang aktivis muda Kaltim.
“Kami menilai ini sebagai upaya membelah dua kubu antara aktivis dan salah satu pasangan calon. Aktivis harus kritis kepada semua calon, bukan hanya satu,” tegasnya.
Buchari juga mengkritik keras beberapa aktivis yang dianggap telah berpihak tanpa mengedukasi masyarakat tentang program-program calon gubernur.
“Banyak yang bertopeng aktivis, tapi sebenarnya mereka adalah bagian dari tim sukses. Jika memang ingin bersikap gentleman, kritisi semua paslon, bukan hanya salah satu,” ujarnya.
Ia menegaskan, narasi kritik harus berada dalam koridor yang jelas dan mengedukasi masyarakat, bukan memecah belah.
“Edukasi yang positif adalah kunci. Masyarakat harus bisa menilai mana program yang realistis dan mana yang tidak masuk akal, agar mereka dapat memilih pemimpin yang terbaik ke depan,” tutupnya. (ale)