Menu

Dark Mode
Terowongan Selili Hampir Rampung, DPRD Samarinda Agendakan Tinjau Lokasi Sebelum Dibuka Tambang Ilegal di Kawasan KHDKT, Deni Hakim Singgung Pengawasan Pusat dan Provinsi “Si Pesut” Solusi Pengelolaan Sampah di Kota Tepian Deni Hakim Dorong Percepatan Penyelesaian Revitalisasi Pasar Pagi Romadhony Dorong Pemkot Tingkatkan Pengembangan Keterampilan Anak Muda Tanggapan Dewan Soal Maraknya Pengemis dan Pengamen di Kota Tepian

News

Diplomasi Peci Hitam Ala Prabowo Subianto, Simak Lagi Cerita Bung Karno yang Pernah Populerkan Kopiah dalam Agenda Kenegaraan Luar Negeri 

badge-check


					Prabowo Subianto mengenakan peci hitam dalam kunjungan kenegaraan luar negeri/ Dok YouTube Prabowo Subianto Perbesar

Prabowo Subianto mengenakan peci hitam dalam kunjungan kenegaraan luar negeri/ Dok YouTube Prabowo Subianto

FASENEWS.ID – Kunjungan internasional ke beberapa negara dilakukan Presiden RI Prabowo Subianto.

China, Peru, Amerika Serikat adalah beberapa negara yang dikunjungi Prabowo Subianto yang baru dilantik pada 20 Oktober 2024 lalu itu.

Dalam beberapa kunjungannya, ada satu yang tak lepas menjadi perhatian, yakni Prabowo Subianto selalu mengenakan peci hitam ketika bertemu kepala negara luar negeri.

Dinilai, Prabowo Subianto kembali menggunakan taktik diplomasi peci hitam ala Soekarno.

Diketahui, pada masa kepemimpinannya, Soekarno dikenal seseorang yang selalu mengenakan peci hitam, termasuk untuk urusan acara kenegaraan luar negeri.

Hal ini pun tampaknya dilakukan pula oleh Prabowo Subianto.

Sebagaimana terlihat pada rekaman di YouTube resmi Prabowo Subianto saat kunjungannya ke Peru.

Di kesempatan itu, bukan hanya dia saja yang mengenakan peci hitam tapi juga para menterinya seperti Menko Perekonomian Airlangga Hartanto.

Lantas, apakah peci hitam sebenarnya memiliki hubungan dengan diplomasi Indonesia, jika dipelajari dari sejarah Indonesia?

Dihimpun dari berbagai sumber, peci hitam atau kopiah merupakan identitas nasional Indonesia.

Sejarahnya lumayan panjang, bahkan dimulai sebelum hadirnya kemerdekaan.

Presiden Pertama RI, Soekarno yang dikenal sebagai seorang nasionalis pun mengenakan peci hitam sebagai busana identitas bangsa.

Tak hanya di level presiden, bahkan untuk level kepala desa saat pelantikan pun juga kerap mengenakan peci hitam atau kopiah.

Ini menunjukkan bahwa peci hitam sudah menjadi tradisi dan budaya di Indonesia.

Mengutip pecihitam.org, di zaman penjajahan, masyarakat Jawa khususnya yang laki-laki identik memakai blangkon.

Seperti dr Wahidin Sudirohusodo dan dr Cipto Mangunkusumo yang terlihat selalu mengenakan blangkon sebagai lambang identitas ke-Jawa-annya.

Di daerah lain, ciri khasnya juga akan berbeda-beda.

Seperti misalnya masyarakat Bali-Lombok dengan udeng-udengnya. Ada pula yang memakai topi seperti meniru pemerintah kolonial. Namun, penggunaan topi semacam ini dinilai mengesankan jauh dari rakyat.

Di sekolah dokter pribumi pada masa itu, pemerintah kolonial Belanda justru dilarang menggunakan baju ala Eropa. Ciri khas tersebut dinilai adalah khazanah kearifan lokal yang sudah begitu mengakar.

Para aktivis terdahulu mengkritik hal tersebut, karena dianggap menjadi sekat-sekat yang memisahkan adanya persatuan. Lalu pada bulan Juni 1921, Bung Karno tampil berbeda dengan mengenakan peci yang menjadi tonggak sejarah munculnya peci hitam sebagai simbol negara.

Soekarno bertekad untuk mengenalkan penggunaan peci sebagai simbol pergerakan. Penjelasan ini tertulis dalam buku otobiografi Bung Karno karya Cindy Adams.

Peci hitam yang biasa dikenakan pada umumnya terbuat dari bahan beludru. Bung Karno inilah yang menjadi pelopor utama penggunaan peci hitam, baik dalam acara keagamaan maupun kenegaraan.

Salah satu peristiwa yang memiliki sejarah dimana Bung Karno mengenakan peci hitam ialah pada pertemuan Jong Java di Surabaya. Sebenarnya, pertama kali ia mengenakan peci tersebut, Bung Karno agaknya takut akan ditertawakan.

Tetapi saat itu Bung Karno bertekad pada dirinya sendiri, bahwa jika mau jadi pemimpin bukanlah pengikut, tapi harus berani memulai sesuatu yang baru.

Ketika menjelang rapat, ia sempat mengalami keraguan. Ia berkata kepada dirinya, “Ayo maju dan pakailah pecimu!” sembari menarik napas dalam-dalam. Para peserta rapat yang melihat sesuatu yang baru tersebut pun memandang keheranan tanpa sepatah kata pun.

Dalam pidatonya, ia mengatakan bahwa “Kita ini perlu suatu lambang daripada kepribadian Indonesia, yaitu Peci. Peci ini telah dipakai oleh pekerja-pekerja dari bangsa Melayu dan itu merupakan lambang asli kepunyaan rakyat kita.”

Bung Karno menjelaskan bahwa istilah peci ini berasal dari singkatan pet yang berarti topi dan je (Bahasa Belanda) yang mengesankan sifat kecil. Hal ini mencerminkan Indonesia secara umum yaitu satu bangunan interkultur.

Peci ini dapat dikenakan oleh siapapun, tak peduli dari mana pun asalnya serta apapun agamanya. Peci tak hanya semata-mata sebagai simbol agama, melainkan lebih luas lagi yaitu simbol budaya bangsa Indonesia khususnya dan Melayu pada umumnya.

Penggunaan peci bagi orang Islam saat beribadah seperti salat bertujuan untuk menutup kepalanya agar ketika sedang bersujud, rambutnya tidak menghalangi. Seperti halnya pemakaian kain sorban layaknya orang Arab, Pakistan, India, dan Bangladesh. (as)

Facebook Comments Box

Read More

Tambang Ilegal di Kawasan KHDKT, Deni Hakim Singgung Pengawasan Pusat dan Provinsi

11 April 2025 - 06:17 WIB

Kemenhut Turunkan Tim Gabungan, Buru Pelaku Tambang di Kawasan Hutan Pendidikan Unmul

10 April 2025 - 07:58 WIB

Lahan Dicaplok Perusahaan Batubara, Poktan CAL Beri Waktu 7 Hari Untuk Penyelesaian Sengketa

10 April 2025 - 04:42 WIB

Aji Minta Oknum Brimob yang Aniaya Wartawan di PN Balikpapan Diproses Hukum

25 March 2025 - 04:55 WIB

Tegas! BKN Blokir Data Kepegawaian 94 ASN Buton Selatan Gegara Mutasi Tak Ikuti Aturan

24 March 2025 - 11:15 WIB

Trending on Daerah