SAMARINDA, Fasenews.id – Haruna, warga RT 1 Desa Amborawang Darat, Kecamatan Samboja Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) tak punya pilihan. Dia harus meninggalkan rumah yang ditempatinya bersama keluarga.
Badan rumah berukuran 15X9 itu retak karena aktivitas pertambangan. Beruntung, Haruna mengantisipasi lebih awal. Tepatnya pada, Senin (27/05) pukul 19.00 Wita, rumah mereka longsor.
“Saat kejadian kita sudah gak tinggal dirumah, kami antisipasi lebih awal karena keretakan sudah sampai badan rumah. Kalau kita tetaptinggal disitu, takutnya ada korban jiwa. Jadi kami cepat keluar, itupun kami hanya bawa badan tanpa membawa perabotan rumah,”kata Haruna saat dikonfirmasi melalui telepon seluler.
Dia bercerita, sejak bulan 11 tahun 2023, aktifitas tambang mulai mendekat ke permukiman. Saat itu Haruna sudah mengajukan komplain ke perusahaan tambang. Namun tidak direspon hingga bulan 3 tahun 2024.
“Kita telpon pihak manajemen cuman bisa dibaca aja,”ungkapnya.
Hari berlalu, upaya Haruna mendorong aktifitas tambang menjauh dari kediamanya tak membuahkan hasil. Pertambangan terus mendekat hingga jarak sekitar 100 meter.
Haruna mengaku telah melapor kemana-mana, dari Kelurahan hingga kecamatan. Dirinya juga memasang banner penolakan.
“Ke Kecamatan sudah ada tiga kali (melapor), tidak ada tanggapan juga solusinya, aku cuman minta bantuan, karena kemana lagi kita mengadu”terang Haruna.
Dari upaya itu kemudian membuahkan mediasi, yang menghadirkan sejumlah pihak termasuk perusahaan tambang. Dari mediasi, Haruna diminta membuat rincian anggaran kerusakan rumah untuk perbaikan yang akan diajukan ke Manajemen.
“Tapi sampai sekarang juga belum ada respon,”bebernya.
Selain rumah Haruna, masih ada tiga rumah lain yang berpotensi mengalami hal serupa. Meskipun tiga rumah itu berada didataran rendah, namun kata Haruna kalau aktifitas tambang terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan juga akan mengalami longsor.
Lebih lanjut Haruna bilang, akibat aktivitas tambang itu juga telah menutup akses pertanian. Sulitnya mendapatkan air bersih.
“Kalau air sekarang kita manfaatkan air sumur, sumur bor. Penghasilan petani juga menurun karena debu, iya kaya apa lah , namannya sudah terkontaminasi dengan debu,”pungkasnya.
(*)