FASENEWS.ID – Organised Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP) mendapatkan kritikan keras dari berbagai pihak, setelah nama Presiden ke 7 Joko Widodo masuk dalam daftar finalis pemimpin paling korup di dunia.
Namun, beberapa pihak di Indonesia merasa bahwa penobatan dari OCCRP ini tidak adil dan tidak didasarkan pada bukti yang kuat.
Pendukung Jokowi menyatakan bahwa penilaian OCCRP tidak mendasar, dan menganggap bahwa hasil merupakan pesanan yang berasal dari kelompok tertentu.
Dilansir dari Megakaltim.com, OCCRP mempublikasikan berbagai lembaga yang menjadi donatur untuk kegiatan jurnalistik investigasi yang mereka lakukan.
Beberapa lembaga donatur yang tercatat di situs resmi OCCRP, antara lain:
1. Oak Foundation
2. The Bay and Paul Foundations
3. Open Society Foundations
4. Dutch Postcode Lottery
5. Patrick J. McGovern Foundation
6. Uni Eropa
7. Rockefeller Brothers Fund
8. Ford Foundation
9. Rausing Trust
10. Founders Pledge Sigrid
11. Skoll Foundation
12. Fred Foundation
13. Swedish International Development Cooperation Agency
14. Golden Globe Foundation
15. Foreign, Commonwealth & Development Office Inggris Raya (FCDO)
16. ISocrates Foundation
17. U.S. Agency for International Development (USAID)
18. Jed Ringel Foundation
19. Limelight Foundation
20. Departemen Luar Negeri AS
21. Kementerian Luar Negeri Prancis
22. National Endowment for Democracy
23. Vereniging Veronica
Sebelumnya, Presiden Jokowi bersaing dengan pemimpin-pemimpin lain, seperti Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, serta pengusaha India Gautam Adani, dalam nominasi tokoh terkorup.
Namun, Bashar Al-Assad, Presiden Suriah yang terpinggirkan, akhirnya terpilih sebagai Tokoh Terkorup 2024.
OCCRP memilih Assad dengan mempertimbangkan bisnis gelap yang melibatkan keluarganya dan pengaruhnya yang luas di Timur Tengah selama lebih dari dua dekade.
Cerita Jokowi Masuk Finalis Tokoh Terkorup 2024?
OCCRP menjelaskan bahwa proses nominasi dan pemilihan tokoh terkorup dilakukan melalui verifikasi yang ketat.
Nama-nama yang masuk nominasi diseleksi dengan melibatkan enam dewan juri yang terdiri dari berbagai ahli, termasuk jurnalis investigasi dan akademisi dari berbagai negara.
Menurut OCCRP, meskipun Presiden Kenya William Ruto mendapatkan nominasi terbanyak dengan 40.000 suara, dewan juri akhirnya memilih Bashar Al-Assad sebagai pemenang.
Keputusan ini didasarkan pada dampak besar yang ditimbulkan oleh rezim Assad di kawasan Timur Tengah.
Dituding Pesanan
Immanuel Ebenezer, Ketua Umum Jokowi Mania, mengungkapkan keraguan terhadap kredibilitas OCCRP.
Immanuel Ebenezer mempertanyakan dasar penilaian yang digunakan oleh organisasi ini untuk mengategorikan Jokowi sebagai pemimpin terkorup.
“Kredibilitas OCCRP sangat meragukan, hasil penilaiannya terlihat tidak objektif. Apa yang dikorupsi Jokowi?” ujar Immanuel Ebenezer, Rabu (1/1/2025).
Immanuel Ebenezer juga menyatakan bahwa temuan OCCRP mungkin sengaja diproduksi oleh kelompok tertentu dengan tujuan merugikan Jokowi.
Immanuel Ebenezer menegaskan pentingnya transparansi dalam proses penilaian, dan meminta OCCRP untuk menjelaskan kriteria serta fakta yang digunakan dalam menentukan nominasi.
“Kalau OCCRP benar-benar mengklaim diri mereka netral dan imparsial, seharusnya mereka bisa memaparkan dengan jelas kriteria serta bukti yang digunakan dalam penilaian tersebut. Hindari menarik kesimpulan hanya berdasarkan asumsi tanpa adanya data atau fakta yang jelas. Jangan sampai penilaian hanya didasarkan pada persepsi yang tidak memiliki dasar faktual, ” tegas Immanuel Ebenezer. (apr/naf)